Tuah dan Karakter Keris - Keris Pusaka Jawa
Karakter dan Tuah Keris Pusaka Jawa - Pada awalnya, di tanah Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), keris diciptakan hanya untuk memberikan tuah kesaktian dan wibawa kekuasaan. Keris (dan tombak) adalah sebuah benda yang menjadi kebanggaan masyarakat pada umumnya dan merupakan lambang status / derajat pemiliknya. Keris menjadi "keharusan" untuk dimiliki oleh para pejabat, baik raja, keluarga kerajaan atau bangsawan, orang-orang kaya, para senopati sampai prajurit (prajurit biasanya menggunakan jenis tombak), pejabat bupati sampai lurah desa. Di kalangan masyarakat umum hampir semua orang laki-laki ingin memiliki keris, terutama mereka yang memiliki ilmu beladiri dan orang-orang tua yang memahami spiritualitas kejawen.
Pada jaman kerajaan dulu budaya perkerisan sedemikian memasyarakat dan empu-empu keris pun tersebar ke banyak daerah. Namun ketika terjadi perseteruan antara kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan kerajaan di Jawa Barat, empu-empu jawa yang berada di Jawa Barat diperintahkan untuk pulang kembali ke jawa (ke Jawa Tengah atau ke Jawa Timur). Empu-empu keris yang memilih untuk tetap tinggal di Jawa Barat masih diizinkan, tetapi dilarang membuat keris untuk orang Jawa Barat.
Oleh karena keberadaan empu-empu jawa di Jawa Barat itu berkembanglah bentuk-bentuk senjata atau ageman yang teknik pembuatannya menyerupai teknik pembuatan keris (logam ditempa berlapis-lapis), misalnya kujang (yang berwarna hitam dan logamnya ditempa berlapis-lapis seperti keris) dan keris-keris jimat kecil (yang bisa dimasukkan ke dalam dompet dan logamnya juga ditempa berlapis-lapis seperti keris).
Secara umum senjata kujang diakui sebagai asli milik orang Sunda dan menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Jawa Barat. Tetapi pada awalnya dulu senjata kujang tidak berbentuk seperti di jaman sekarang ini. Bentuknya lebih mirip "kudi" (di jawa) atau mirip sabit yang ujungnya melingkar keluar, karena kujang aslinya bukanlah senjata, tetapi adalah alat bertani / berladang. Senjata asli orang Sunda adalah golok dan belati panjang sebagai kepanjangan tangan dalam pencak silat harimau. Oleh kreasi para empu, kujang berkembang bentuknya menjadi seperti yang sekarang ini, lebih ramping, menyerupai lambang tunas kelapa pramuka. Awalnya senjata kujang dibuat hanya untuk dimiliki oleh keluarga kerajaan dan kalangan bangsawan saja, sehingga kujang-kujang itu dibuat dengan ciri-ciri khusus yang melambangkan derajat orang pemiliknya.
Umumnya kujang ada 2 jenisnya, yaitu jenis kujang yang tujuan pembuatannya untuk digunakan sebagai alat pertanian dan kujang pusaka yang diperuntukkan sebagai pusaka dan senjata tarung yang biasanya dibuat sepasang. Kujang adalah sebuah senjata yang unik dari segi bentuk & sejarahnya. Senjata tradisional Jawa Barat ini memang tidak sepopuler keris atau beberapa senjata lain di bumi nusantara ini, tetapi kujang bisa dimasukkan ke dalam kategori jenis keris, yaitu keris khas tanah pasundan. Kujang pusaka merupakan pengembangan dan menjadi pengganti dari jenis senjata belati panjang yang awalnya peruntukkan pembuatannya adalah untuk kalangan keluarga raja dan kalangan bangsawan saja.
Umumnya orang Jawa Barat jaman dulu menggunakan golok dan pisau belati panjang sebagai senjata tarung. Kujang pusaka awalnya peruntukkannya hanya untuk dimiliki oleh kalangan bangsawan saja. Secara umum kujang dibuat dari bahan besi, tetapi kujang yang berdaya magis tinggi adalah yang dibuat serupa dengan keris jawa, yaitu yang berwarna hitam, yang dibuat dari logam yang ditempa berlapis-lapis seperti keris. Empu jawa yang menjadi pembuatnya biasanya membuat 2 buah (sepasang), yang satu dibuat dari logam yang ditempa berlapis-lapis berwarna hitam seperti keris, yang satunya lagi dibuat dari bahan besi sebagai pasangannya.
Setelah masa kerajaan Majapahit berakhir, para empu jawa di Jawa Barat tersebut mulai membuat keris lagi. Keris-keris yang dibuat di Jawa Barat kebanyakan fungsinya tidak lagi seperti keris jawa yang untuk kesaktian dan wibawa kekuasaan, tetapi untuk kemakmuran / kerejekian / pertanian.
Namun keris-keris dan kujang yang dibuat oleh para empu tersebut, selain fungsi utamanya untuk kemakmuran, juga tetap memberikan fungsi untuk kesaktian / keselamatan / perlindungan gaib bagi pemiliknya. Keris-keris buatan para empu di Jawa Barat yang dibuat untuk tujuan kesaktian, kekuasaan dan kewibawaan, biasanya kerisnya berhawa panas dan angker. Mungkin sengaja dibuat demikian karena ada tendensi dari empu pembuatnya untuk menunjukkan bahwa keris adalah senjata yang sakti, yang berbeda dengan senjata tradisional setempat, sehingga juga membuat orang Sunda takut kepada keris.
Empu-empu jawa di Jawa Barat tersebar di banyak tempat, terutama berada di sekitar pusat-pusat peradaban, yaitu di sekitar ibu kota kerajaan. Sesudah jaman penyebaran agama Islam di Jawa, kebanyakan keris-keris jawa yang dibuat di Jawa Barat dibuat oleh empu-empu jawa yang tinggal di daerah Cirebon dan sekitarnya.
1. Karakter-Karakter Keris Jawa Berdasarkan Tempat Asal Pembuatannya
Pada dasarnya pada awalnya keris-keris dibuat adalah untuk menunjang kesaktian, kekuasaan dan kewibawaan manusia pemiliknya. Penggunaannya digenggam diasumsikan sama dengan kepanjangan tangan, sehingga bentuknya agak besar dan panjang. Keris-keris yang bentuknya agak kecil dan lebih pendek dari keris-keris yang umum biasanya dulunya dibuat untuk orang perempuan, biasanya untuk istri bangsawan dan untuk rohaniwan atau untuk para sesepuh masyarakat.
Karena sebuah keris dibuat untuk tujuan mendampingi manusia pemiliknya, maka dalam pembuatannya sebuah keris selalu sudah disesuaikan sifat-sifat fisiknya dan sifat-sifat kegaibannya dengan sifat-sifat kepribadian dan perilaku si manusia calon pemiliknya. Dengan demikian masing-masing keris jawa yang dibuat oleh empu jawa untuk orang-orang di Jawa Barat, di Jawa Tengah dan di Jawa Timur karakteristiknya mengikuti sifat umum perwatakan manusia di daerah masing-masing keris itu dibuat dan sejalan dengan sifat umum penggunaannya dalam keilmuan kesaktian yang masing-masing daerah akan berbeda sifatnya dengan daerah lainnya.
Keris Jawa Barat.
Secara umum, keilmuan kesaktian dari Jawa Barat sangat mengedepankan sifat keilmuan yang tinggi dan watak keilmuan yang keras. Diibaratkan jika ilmu pukulan, maka ilmu pukulannya itu bersifat ampuh mematikan / menghancurkan, atau jika ilmu pertahanan tubuh, ilmunya benar-benar bisa menjadikan manusianya kebal tidak terluka oleh senjata tajam. Dengan sifat keilmuan kesaktian yang seperti itu maka orangnya akan dikenal sebagai manusia yang berkesaktian tinggi.
Sejalan dengan itu, keris-keris yang dibuat di Jawa Barat dibuat dengan sifat karakter yang keras dan panas dan berhawa angker menakutkan, sehingga walaupun hanya dilihat sekilas saja akan terasa bahwa keris-keris itu mengandung hawa gaib yang keras.
Dari sisi fisik kerisnya biasanya keris-keris yang dibuat di Jawa Barat bilah kerisnya agak berat, ukurannya besar dan panjang, penempaan logamnya kurang matang, logam bilahnya agak kasar karena pori-pori logamnya besar, sehingga akan menyerap banyak minyak ketika kerisnya diminyaki. Bentuk fisik keris yang seperti itu cocok untuk diisi energi (khodam) yang sifat energinya besar dan berat, berhawa keras, berwibawa dan angker.
Keris Jawa Timur.
Secara umum keilmuan kesaktian dari Jawa Timur juga mengedepankan sifat keilmuan yang tinggi dan watak keilmuan yang keras, tetapi tidak sekeras keilmuan Jawa Barat, lebih halus tetapi tajam. Diibaratkan jika ilmu pukulan, walaupun ilmu pukulannya juga bersifat mematikan / menghancurkan, tetapi lebih halus dan energinya lebih tajam, bersifat merusak tubuh bagian dalam atau menembus kekebalan / pagaran ilmu gaib lawan, atau jika diibaratkan ilmu pertahanan tubuh, walaupun ada juga ilmu yang benar-benar menjadikan manusianya kebal terhadap serangan senjata tajam, tetapi kebanyakan ilmunya berupa ilmu ketahanan tubuh dari serangan fisik, aji-aji dan tenaga dalam dan perlindungan dari serangan ilmu gaib.
Sejalan dengan itu, keris-keris yang dibuat di Jawa Timur dibuat dengan sifat karakter yang halus tetapi berenergi tajam, berwibawa tetapi tidak angker menakutkan, sehingga bila dilihat sekilas akan terasa bahwa sekalipun keris-keris tersebut berkesaktian tinggi, tetapi tidak terlihat angker, tapi anggun berwibawa dan terasa kandungan hawa gaib energinya yang tajam (tetapi tidak semua keris dari Jawa Timur berenergi tajam, energi keris yang tajam lebih terasa pada keris-keris yang bertuah utama untuk kesaktian).
Dari sisi fisik kerisnya biasanya keris-keris dari Jawa Timur bilah kerisnya ukurannya lebih ramping dan ringan, penempaan logamnya matang, logam bilahnya lebih padat dan halus karena pori-pori logamnya kecil dan rapat, sehingga tidak menyerap banyak minyak ketika kerisnya diminyaki. Bentuk fisik keris yang seperti itu cocok untuk diisi energi (khodam) yang sifat energinya lebih tajam, berhawa keras, tetapi halus dan anggun berwibawa
Keris Jawa Tengah.
Secara umum, keilmuan kesaktian dari Jawa Tengah tidak menonjolkan sifat keilmuan yang tinggi dan watak keilmuan yang keras, tetapi menekankan pada sifat keilmuan yang "dalam" dan bersifat "menindih" kesaktian lawan atau bersifat menundukkan / menenggelamkan / memunahkan keilmuan lawan yang tinggi. Sangat jarang kita mendengar nama-nama orang sakti dari Jawa Tengah, karena seseorang yang menganut filosofi keilmuan dari Jawa Tengah, walaupun sakti dan berilmu tinggi, tetapi seringkali tidak kelihatan sebagai orang yang sakti berilmu, karena perwatakannya didasari oleh filosofi kebatinan jawa mendem jero, tetapi karisma perbawa keilmuannya akan dapat dirasakan oleh sesama orang berilmu, sehingga mereka akan saling menghormati dan menjaga jarak.
Diibaratkan jika ilmu pukulan, walaupun ilmu pukulannya juga bersifat menghancurkan, tetapi lebih lembut dan tidak menonjolkan serangan yang mematikan, lebih bersifat mengalahkan dengan melumpuhkan atau bersifat "menindih" / menundukkan lawan, atau jika ilmu pertahanan tubuh, walaupun ada juga ilmu yang benar-benar menjadikan manusianya kebal terhadap senjata tajam, tetapi kebanyakan ilmunya berupa ilmu ketahanan tubuh dari serangan fisik, aji-aji dan tenaga dalam dan perlindungan dari serangan ilmu gaib.
Sejalan dengan itu, keris-keris yang dibuat di Jawa Tengah dibuat dengan sifat karakter yang halus, tetapi berenergi besar dan bersifat "menindih" kesaktian lawan, tidak menonjol wibawanya, apalagi angker menakutkan, sehingga banyak orang yang tertipu yang menganggap keris-keris tersebut kosong isinya dan lemah "angsarnya", karena memang tidak terasa aura wibawanya dan juga tidak terasa getaran energinya.
Sekalipun keris-keris tersebut berkesaktian tinggi dan berenergi besar, tetapi tidak terlihat angker berwibawa dan tidak terasa kandungan hawa gaibnya, tetapi orang-orang berilmu kebatinan dan yang peka rasa batinnya, mereka akan dapat merasakan getaran gaibnya dan energinya yang besar dan berat dari jarak yang cukup jauh sebelum keris-keris itu hadir di hadapan mereka. Bahkan banyak orang-orang berilmu gaib dan perdukunan yang memilih (yang peka batinnya dan sadar diri) untuk tidak "berurusan" dengan keris-keris dari Jawa Tengah ini, karena keris-keris itu dapat "menindih" dan memunahkan / melumpuhkan keampuhan ilmu gaib mereka. Banyak keris-keris dari Jawa Tengah ini, terutama yang keris lurus, yang sebenarnya adalah Keris Tindih.
Dari sisi fisik kerisnya, dibanding keris-keris dari Jawa Timur, biasanya keris-keris dari Jawa Tengah bilahnya lebih berat, ukurannya lebih besar dan lebih tebal, penempaan logamnya kurang matang, logam bilahnya lebih kasar karena pori-pori logamnya besar, sehingga akan menyerap banyak minyak ketika kerisnya diminyaki. Bentuk fisik keris yang seperti itu cocok untuk diisi energi (khodam) yang sifat energinya besar dan berat, berkarisma wibawa, tetapi halus tidak angker menakutkan.
Dari sisi fisik kerisnya keris-keris dari Jawa Tengah ada kemiripan dengan keris-keris dari Jawa Barat, tetapi dibanding keris-keris dari Jawa Barat, biasanya keris-keris dari Jawa Tengah bilah kerisnya lebih ringan, ukurannya lebih pendek dan lebih ramping, penempaan logamnya lebih matang, logam bilahnya lebih halus karena pori-pori logamnya lebih kecil, sehingga lebih sedikit menyerap minyak ketika kerisnya diminyaki.
Sebagai penjelasan, kondisi fisik keris di atas dituliskan berdasarkan asumsi keris-keris jaman dulu yang sampai sekarang masih utuh terjaga fisiknya, terjaga perawatan dan pemeliharaannya sejak keris itu dibuat sampai masa sekarang, sehingga jika pada masa sekarang kita mendapati keris-keris jaman dulu yang masih utuh dan baik kondisinya dari sisi fisik dan logamnya kita bisa memperkirakan apakah keris itu dari Jawa Barat, Jawa Tengah atau dari
Jawa Timur.
Ciri-ciri keris dari sisi fisiknya dan penempaan logamnya di atas pada masa sekarang sering dianggap orang sebagai kualitas penempaan logam dan seni sang empu dalam membuat keris, sehingga ada orang-orang yang mengatakan empu si ini atau si itu penempaan logamnya bagus, matang, berkualitas, dsb. Tetapi pada masanya dulu semua bentuk fisik keris dan penempaan logamnya di atas tidak semata-mata adalah kualitas kemampuan penempaan logam dan seni sang empu keris, karena sebenarnya masing-masing pembuatan keris itu dan penempaannya dilakukan oleh sang empu berdasarkan kecocokkan karakteristik jenis gaib yang nantinya akan masuk mengisi kerisnya yang keris dan gaibnya sudah lebih dulu disesuaikan sifat-sifatnya dengan si manusia calon pemilik keris.
Ditinjau dari tujuan pembuatannya, di pulau Jawa ada keris-keris khusus yang pembuatannya adalah pesanan khusus dari orang-orang Islam, yang sifat-sifat perwatakan dan perilaku orang-orang itu sudah mengikuti budaya dalam agama Islam. Keris-keris itu terutama adalah untuk para pemimpin kekuasaan yang sudah beragama Islam dan untuk para spiritualis Islam.
Untuk mereka itu biasanya bentuk fisik kerisnya lebih kecil, lebih pendek dan ringan, yang biasanya kerisnya dikenakan dengan diselipkan di pinggang depan (di depan badan). Biasanya fungsi utamanya adalah untuk kesaktian dan penjagaan gaib dan untuk menunjang penggunaan kekuatan gaib.
2. Karakter-Karakter Keris Jawa Berdasarkan Karakter Sosok Gaib Kerisnya
Masing-masing sosok wujud mahluk halus melambangkan karakter kepribadian sendiri-sendiri. Mengenai itu Penulis sudah menuliskannya dalam tulisan berjudul Hakekat Wujud dan Watak Mahluk Halus.
Sejalan dengan tulisan di atas karakter gaib keris dan sifat dasar tuah keris juga dipengaruhi oleh masing-masing karakter sosok "isi" gaib keris di dalamnya yang sedikit / banyak sifat-sifat karakter itu akan berpengaruh terhadap si manusia pemilik keris.
Misalnya :
Sosok ular naga, berarti watak dan perilakunya seperti naga, berwibawa dan berkuasa. Sosok ular naga ini biasanya menjadi khodam kewibawaan, kekuasaan dan penjagaan gaib. Hawa auranya kuat, biasanya menjadikan si manusia pemilik keris kelihatan berwibawa dan berkuasa dan akan menjauhkan manusia atau mahluk halus lain yang bersifat / bertendensi negatif. Sosok gaib keris jenis ini biasanya tetap berdiam di dalam kerisnya, tidak menjadi khodam pendamping. Keris-keris yang isi gaibnya bersosok ular naga, yang tuah utamanya untuk wibawa kekuasaan, sebaiknya posisi penyimpanannya diutamakan, di atas atau di tengah keris-keris yang lain.
Sosok ular naga jawa (badan dan kepalanya seperti ular naga, tetapi tidak berkaki seperti ular), berarti watak dan perilakunya seperti perpaduan ular dan naga, galak ( / ganas) dan berkuasa. Sosok ular naga ini biasanya menjadi khodam kekuasaan dan penjagaan gaib. Hawa aura yang ditimbulkannya biasanya menyebabkan manusianya kelihatan berkuasa, ada juga yang berhawa aura menakutkan, dan akan menjauhkan manusia atau mahluk halus yang bersifat / bertendensi negatif. Tetapi banyak jenis halus ini yang hawa energinya panas dan tajam. Sosok gaib keris jenis ini biasanya tetap berdiam di dalam kerisnya, tidak menjadi khodam pendamping. Keris-keris yang isi gaibnya bersosok ular naga jawa sebaiknya penyimpanannya disendirikan, jangan disatukan dengan keris-keris yang lain.
Sosok seperti manusia, berarti watak dan perilakunya seperti manusia, bisa diajak bertukar pikiran. Isi gaib keris yang sosok-sosoknya seperti manusia ini kebanyakan sosok wujudnya adalah seperti manusia laki-laki tinggi besar, laki-laki ksatria, bapak-bapak berjubah dan ibu-ibu berkemben dan sosok seperti seorang panembahan atau pertapa.
Sosok-sosok seperti manusia laki-laki tinggi besar dan laki-laki ksatria biasanya watak dan perilakunya bersifat seperti seorang laki-laki yang berbadan tinggi besar, yang menonjolkan kekuatan, kesaktian dan kewibawaan, dan siap setiap saat untuk bertarung. Biasanya hawa auranya menonjolkan kekuatan dan kewibawaan, tetapi tidak panas. Sosok-sosok gaib keris jenis ini biasanya tetap berdiam di dalam kerisnya, tidak tampil menjadi khodam pendamping.
Sosok seperti laki-laki berbadan tinggi besar bersifat idealis, yang akan menonjolkan kekuatan, kekerasan dan kewibawaannya untuk memaksakan idealisnya pada perilaku berbudi pekerti dan tidak sombong, yang sebagian akan sama dengan perilaku Keris Tindih. Kebanyakan sosok gaib keris jenis ini ada pada keris-keris lurus yang dulu dibuat di Jawa Tengah.
Sosok seperti bapak-bapak atau seperti ibu-ibu biasanya melambangkan pribadi yang seperti orang tua, lebih bijaksana, bisa menyesuaikan dirinya dengan kehidupan manusia yang diikutinya, bisa memberikan keteduhan hati dan pengayoman moral, dan akan aktif memberikan ide dan ilham untuk kebaikan hidup si manusia dan akan memberikan peringatan berupa rasa dan firasat bila si manusia akan mengalami suatu masalah / musibah. Banyak isi gaib keris jenis ini yang menjadi khodam pendamping si pemilik keris.
Sosok seperti bapak-bapak berjubah, seperti panembahan atau seperti pertapa, berarti watak dan perilakunya seperti manusia bapak-bapak sepuh. Apapun jenis tuah yang mereka berikan biasanya mengandung hawa kewibawaan seorang bapak-bapak yang bersifat mengayomi. Sosok-sosok tersebut juga melambangkan bahwa mereka mempunyai kearifan dalam hal kebatinan dan spiritual dan bisa mengajarkan / menuntun / mengilhami manusia si pemilik keris dalam bidang keilmuan kesaktian atau kebatinan / spiritual. Sosok yang berjubah itu juga menunjukkan karakter sebagai sosok yang akan siap sedia setiap saat untuk menggunakan kekuatan dan kesaktiannya untuk bertarung, jika diperlukan.
Sosok seperti ibu-ibu memakai kain kemben, berarti watak dan perilakunya seperti manusia ibu-ibu, galak dan berwibawa seperti orang tua ibu-ibu sepuh. Sebagian besar bersifat mengayomi. Apapun jenis tuah yang mereka berikan biasanya mengandung hawa kewibawaan seorang ibu-ibu yang galak dan berwibawa yang mempengaruhi orang-orang di sekitarnya untuk tidak bersikap merendahkan dan menjauhkan orang-orang yang berniat jahat / curang. Tetapi hawa aura ibu-ibu itu juga akan memberikan suasana yang menarik orang untuk datang berkumpul (membantu hubungan sosial / pergaulan dan kerejekian).
Penulis ada menemui beberapa fenomena unik pada keris-keris jawa dengan isi gaib di atas, yaitu yang semula isi gaibnya adalah seperti manusia laki-laki tinggi besar, atau yang seperti laki-laki ksatria, suatu saat kemudian sosok itu berubah menjadi sosok bapak-bapak berjubah setelah istrinya datang bergabung tinggal di dalam kerisnya. Dengan demikian keris tersebut isi gaibnya berubah, tidak lagi seperti sesosok manusia laki-laki berbadan tinggi besar atau laki-laki ksatria, tapi sudah berubah menjadi sepasang suami istri bapak-bapak berjubah dan ibu-ibu jawa (berkemben).
Penulis juga pernah mendapati keris yang semula isi gaibnya bersosok manusia laki-laki tinggi besar atau laki-laki ksatria, kemudian berubah rupa menjadi bapak-bapak berjubah, atau kadang-kadang isi gaibnya berganti-ganti rupa, yaitu suatu saat sosoknya laki-laki tinggi besar, di saat yang lain sosoknya adalah bapak-bapak berjubah. Perubahan wujud itu terjadi mengikuti kondisi psikologis si khodam kerisnya. Jika kondisinya merasa idealis seperti sifat karakter laki-laki berbadan besar atau laki-laki ksatria seperti disebut di atas, maka sosok rupanya adalah laki-laki tinggi besar atau laki-laki ksatria, tetapi jika dirinya merasa sepuh, atau si pemilik kerisnya menonjolkan sifat kesepuhan, atau menjalani keilmuan kebatinan / spiritual yang bersifat kesepuhan, maka isi gaibnya akan mengambil wujud seperti bapak-bapak berjubah.
3. Tuah Keris Sesuai Tujuan Awal Pembuatannya.
Seperti sudah diuraikan dalam halaman-halaman sebelumnya bahwa sesuai filosofi dasar pembuatan keris jawa, sebuah keris dibuat dengan kegaiban di dalamnya yang sejalan dengan status keris dan kelas keris di dunia manusia maupun di dunia gaib keris yang aturannya sama dengan status dan kelas wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia, karena filosofi dasar diturunkannya wahyu gaib keris adalah untuk dipasangkan dengan wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia, sehingga hirarki status dan kelas gaib keris dan wahyu dewa itu sejalan (baca : Status Keris dan Kelas Keris). Aturan ini menjadi faktor dominan yang akan menentukan apakah sebuah keris akan cocok dan bisa menyatu dengan seseorang.
Dalam halaman berjudul Tuah Keris - Filosofi Dasar dituliskan bahwa tujuan sebuah keris dibuat beserta kegaiban di dalamnya adalah untuk menjadi pendamping manusia pemiliknya dan menunjang kehidupannya dalam bidang :
- Kesaktian / Ksatriaan
- Wibawa Kekuasaan
- Kerejekian
- Kesepuhan
Pada saat pembuatannya, tuah keris dibuat berdasarkan pertimbangan yang bersifat pribadi, sehingga tuah keris yang dipesan oleh seorang raja atau keluarga raja, bupati dan adipati / penguasa / pejabat pemerintahan selalu mengenai kesaktian, wibawa kekuasaan dan kepemimpinan. Tuah keris untuk para pedagang selalu berkisar pada kejayaan berdagang. Tuah keris untuk panembahan / spiritualis / sesepuh tokoh masyarakat kebanyakan berkisar pada sifat-sifat kesepuhan. Tuah keris untuk rakyat biasa kebanyakan berkisar pada kerejekian, keselamatan, ketentraman keluarga, keberkahan hidup, dsb.
Keris-keris untuk para prajurit, senopati, panglima perang dan pemimpin perang lainnya dan untuk para pesilat dan ksatria dalam dunia persilatan selalu dominan mengandung tuah kesaktian. Sebagian keris-keris jenis ini mengandung hawa aura yang panas dan energi yang tajam.
Keris-keris untuk seorang raja atau keluarga raja, bupati dan adipati / penguasa / pejabat pemerintahan selalu mengandung tuah kesaktian, wibawa kekuasaan dan kepemimpinan. Sebagian keris-keris jenis ini mengandung hawa aura yang panas dan angker.
Sebagian dari keris-keris di atas ada yang bersifat khusus, yaitu yang disebut sebagai Keris Keraton yang tujuan pembuatannya adalah untuk menjadi lambang kebesaran sebuah kerajaan / kadipaten / kabupaten, yang terkandung di dalamnya apa yang biasa disebut sebagai Wahyu Keraton.
Keris-keris lain yang bersifat khusus adalah yang disebut Keris Keningratan, yang tujuan pembuatannya hanya untuk dimiliki oleh seorang raja / adipati / bupati dan keluarganya, yang tergolong sebagai orang-orang ningrat / bangsawan.
Keris-keris yang bersifat khusus di atas hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang umum.
Keris-keris untuk para pedagang selalu berkisar pada kejayaan berdagang. Keris-keris untuk rakyat biasa kebanyakan mengandung tuah untuk kerejekian, keselamatan, ketentraman keluarga, keberkahan hidup, dsb.
Keris-keris untuk panembahan / spiritualis / sesepuh tokoh masyarakat kebanyakan berkisar pada sifat-sifat kesepuhan. Umumnya hawa auranya teduh.
Keris-keris yang disebutkan di atas mengandung sifat tuah, karakter dan kekhususan sendiri-sendiri yang sudah dicocokkan dengan manusia pemiliknya dulu, yang akan menentukan apakah keris-keris tersebut cocok untuk dimiliki oleh manusia jaman sekarang.
4. Tuah Keris Yang Sudah Disesuaikan Dengan Manusia Pemiliknya Sekarang.
Semua keris, apapun jenis kerisnya dan tuahnya, terkandung di dalamnya tuah untuk kesaktian / ksatriaan, wibawa kekuasaan, kerejekian dan kesepuhan. Artinya, jika keris itu dimiliki oleh seseorang, maka apapun jenis kerisnya dan tuahnya, keris-keris itu akan memberikan tuah-tuah tersebut, baik sang pemilik keris bergerak dalam bidang kesaktian, kekuasaan, kerejekian / ekonomi, maupun yang bergerak di bidang kesepuhan. Walaupun biasanya bentuk tuah yang dominan adalah yang sesuai dengan jalan kehidupan si manusia pemilik keris, tetapi sifat tuahnya tergantung juga pada karakter gaib kerisnya dan tergantung juga pada adanya penyatuan kebatinan antara si keris dengan si manusia. Artinya, apapun jenis kerisnya dan tuahnya :
- Semua keris akan berfungsi sebagai keris kesaktian jika sedang digunakan untuk bertarung.
- Semua keris mengandung fungsi untuk menunjang wibawa kekuasaan.
- Semua keris mengandung fungsi untuk menunjang kerejekian.
- Semua keris mengandung fungsi untuk menunjang kesepuhan.
Artinya, apapun jenis kerisnya dan tuahnya :
Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak dalam bidang kesaktian / ksatriaan, keris-keris itu akan mengilhami / menuntun pada pembelajaran untuk meningkatkan kesaktian, sehingga jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai kesaktian yang tinggi dan kejayaan, berwibawa, berkuasa dan dihormati, yang menjadikan derajatnya lebih daripada orang lain yang tanpa keris.
Jika si manusia pemiliknya sekarang adalah seorang pejabat di pemerintahan / swasta atau menjadi perwira ketentaraan atau kepolisian, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang wibawa kekuasaan, membuat seseorang dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya. Unsur tuah kewibawaan akan membuat seseorang dihormati dan dianggap pantas untuk memegang jabatan tertentu, sehingga jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai kepangkatan dan kekuasaan yang tinggi, yang menjadikan derajatnya melebihi orang lain yang tanpa keris. Sekalipun seseorang belum menjadi seorang pejabat, hanya menjadi karyawan / pegawai / staf biasa saja, jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai derajat yang lebih tinggi dan menjadikannya dihormati, lebih daripada orang lain yang tanpa keris.
Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak di bidang usaha ekonomi, atau sebagai manusia biasa yang bekerja untuk mencari rejeki, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang kerejekian, sifat dasar pengasihan dan kewibawaan akan membuat seseorang dikasihi sekaligus dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya, dan juga membantu dalam hubungan sosial. Jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan membantu membuka jalan pikiran pemiliknya dan memberikan ide / ilham pemecahan permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan yang berhubungan dengan pengembangan usaha, memberikan aura yang baik dalam perdagangan, pertanian dan perikanan, dan menjadikannya dipercaya untuk menangani banyak transaksi dan kerjasama usaha, dipercaya untuk menangani banyak urusan atau dipercaya untuk menangani banyak transaksi dan hubungan bisnis. Kerisnya akan membantunya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati, lebih dari pada orang lain yang tanpa keris.
Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak di bidang kesepuhan, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang kesepuhan. Jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan memberikan pengaruh berupa ketenangan hati, pikiran dan batin, membuka pikiran si pemilik dalam pemecahan masalah, membantu memberikan ide-ide dan ilham (atau wangsit), kesehatan dan ketentraman keluarga dan melancarkan segala urusannya yang berhubungan dengan hubungan sosial di masyarakat. Sisi gaib keris ini juga akan membantu dan mendampingi pemiliknya dalam menekuni keilmuan kesepuhan (kebatinan) dan kerohanian dan mendampinginya menjalani dimensi keilmuan yang lebih tinggi. Kerisnya juga akan memberikan aura perbawa dan wibawa seorang tua pengayom. Kerisnya akan mendukungnya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati sebagai seorang sepuh, lebih daripada orang lain yang tanpa keris.
Uraian di atas adalah mengenai tuah keris yang oleh kerisnya sudah disesuaikan kecocokkannya dengan jalan kehidupan manusia pemiliknya yang sekarang.
0 Response to "Tuah dan Karakter Keris - Keris Pusaka Jawa"
Post a Comment