Kepercayaan di Balik Keris dengan Pamor Buntel Mayit
Pamor Buntel Mayit pada Keris oleh masyarakat Jawa selama ini cenderung dihindari, karena dianggap bisa mendatangkan pengaruh buruk bagi pemiliknya. Namun sebaliknya, bagi masyarakat Bali dan Lombok, Pamor Buntel Mayit justru pamor yang paling digemari, karena dipercaya akan bisa mendatangkan rezeki dan kemakmuran.
Bagi masyarakat Jawa, barangkali tidak ada pamor yang paling ditolak, kecuali pamor Buntel Mayit. Namaa pamor ini memang mengesankan sesuatu yang menakutkan. Buntel yang berarti bungkus dan mayit yang berarti mayat, seperti menyiratkan makna yang dekat dengan kematian dan sesuatu yang berbau ajal. Bagi orang Jawa, akan berarti suatu kesialan atau bahkan petaka. inilah sebabnya sebagian besar penggemar keris dari masyarakat Jawa akan menolak untuk menyimpan pusaka dengan pamor Buntel Mayit.
Anggapan ini demikian mengakar dalam lubuk hati masyarakat Jawa, sampai Bambang Hasrinuksmo, penulis buku Ensiklopedi Keris menggaris bawahi tentang pengaruh isoteri jenis pamor ini. Dalam buku karyanya itu, Almarhum Bambang Hasri menuturkan bahwa pamor Buntel Mayit dipercaya sebagian pecinta keris, bisa membawa dampak kurang baik. Pamor yang gambaran motifnya menyerupai belitan kain yang menyelimuti seluruh badan bilah keris, tombak atau pedang ini, banyak dipercaya akan membawa kesialan bagi pemiliknya.
Akan tetapi Almarhum pakar keris itu juga memberi catatan. Bahwa sebagian orang lain berpendapat, jika si pemilik ini memang tergolong orang yang kuat, maka pamor Buntel Mayit justru akan memudahkan si pemilik dalam mencari rezeki. Sebuah pendapat yang memang cenderung saling bertolak belakang. Namun kendati begitu, toh nyatanya masyarakat Jawa lebih banyak yang menolak menyimpan Buntel Mayit, ketimbang memeliharanya.
Lain lagi dengan kalangan penggemar keris dan tosan aji dari lombok dan Bali. Pamor ini justru dianggap sebagai pamor favorit di kalagan perkerisan di Lombok. Di pulau yang terkenal dengan slogannya sebagai Bumi Gogo Rancah ini, pamor Buntel Mayit dianggap sebagai jenis pamor tambangan dan yang paling digemari adalah pamor Tambang Badung.
Menurut sebuah sumber di Lombok, sebutan pamor tambangan badung itu memang ada hubungannya dengan sebuah kerajaan du Wilayah Bali di masa lalu, yakni Kerajaan Badung dan tambangan badung memang mengandung arti ada tali (pertalian) kerajaan Badung dengan kerajaan di Lombok.
Dalam buku Keris di Lombok, karya Ir. H. Lalu Djelenga, masyarakat Lombok percaya, bahwa keris dengan pamor tambangan bisa mendatangkan segala tuah baik bagi diri manusia, yakni kepercayaan diri dan kemantapan, juga membawa kewibawaan dan keberanian. Perbedaan keyakinan dalam memandang pamor Buntel Mayit di Jawa dan di Lombok ini, menurut Lalu Djelenga dalam bukunya, bahwa tidak hanya dalam memandang soal pamor. Dalam sikap duduk saja, sangat jelas perbedaan pandangan antara dua etnis ini. Jika wanita Jawa duduk setengah bersila itu sebagai hal yang biasa, maka justru hal yang tabu bagi orang Sasak, Lombok. Wanita Sasak kalau duduk harus bersimpuh.
Dalam tafsir tentang pamor keris di Lombok, masih menurut buku Keris di Lombok itu, tidak dikenal pamor yang tidak baik, semua pamor adalah baik, yang terjadi menurut Lalu Djelenga adalah cocok atau tidak cocoknya pamor bagi seseorang yang menyandang atau memiliki kerisnya. Misalnya seseorang dengan pembawaan yang keras dan pemberani, tidak cocok menyimpan keris dengan pembawaan keras dan berani, karena keris itu dipercaya hanya akan membawa pemiliknya berangasan, emosional dan tidak terkendali. Keris dengan pembawaan keras dan berani akan lebih cocok untuk orang yang berpembawaan lemah lembut.
Sebaliknya, keris yang memang dibuat untuk orang berkharisma tinggi seperti panglima, senopati, bangsawan keraton atau apalagi raja, dipercaya justru akan membawa kesialan dan malapetaka jika jatuh ke tangan orang yang tidak sesuai. Hal itu dikatakannya sebagai "tidak kuat memegang keris sekelas itu.
Menurut seseorang pemerhati keris yang tak mau disebut namanya, pamor Buntel Mayit justru mengandung filosofi yang tinggi. Belitan seperti kain dari bawah ke atas menggambarkan bahwa seseorang untuk menuju kesempurnaan hidup harus melalui perjalanan berputar dan menanjak seperti mengitari gunung menuju puncak. Suatu perjalanan spiritual untuk mencapai tahapan Manunggaling Kawulo Gusti.
Apapun pamor Buntel Mayit secara eksoteris, termasuk pamor rekan yaitu bentuk pamor yang sudah dirancang sebelumnya oleh sang Empu. Dari teknik pembuatannya, pamor ini termasuk pamor puntiran yaitu perpaduan antaraa pamor mlumah dan pamor miring. Sebelum dibentuk manjadi kodhokan keris, saton keris dipelintir lebih dulu.
Lepas dari perbedaan pendangan tersebut, keris atau tosan aji dengan pamor Buntel Mayit sebenarnya memiliki keindahan yang khas. Agaknya agar tidak memberikan kesan yang negatif, nama pamor Buntel Mayit barangkali akan lebih tepat bila diberi nama Buntel Mas.
Sumber : Alit Indramaya, Keris-Vol 04 2007
0 Response to "Kepercayaan di Balik Keris dengan Pamor Buntel Mayit"
Post a Comment